Terbayang suatu ingatan yang menyakitkan, jika Gloria Atmaja mengetahui penyebab atas keadaannya sekarang ini. Gloria mengalami tekanan batin yang amat dalam, karena keadaan fisik yang sangat tidak menguntungkan dan tidak memungkinkan bekerja di perusahaan, begitu juga keadaan ekonomi yang kurang sehingga tidak dapat melanjutkan ke universitas. Gloria lahir dalam keadaan cacat pada kedua tangan dan kakinya.
Gloria tumbuh ditengah-tengah keluarganya sebagai anak pendiam, pemalu dan tertutup. Gloria dan enam saudaranya dibesarkan hanya oleh mama karena papanya sudah meninggal sejak Gloria berusia tiga tahun. Ia selalu mengalami ketakutan dan kegelisahan jika ada seseorang mendekati dan ingin bersahabat dengan dia karena dipikirnya pasti orang itu akan mengejek keadaannya. Masa remajanya dilewati tanpa ada teman-teman yang mau menghabiskan waktu bersama dengannya, sehingga ia merasa sangat kesepian dan semakin tenggelam dalam kesendiriannya.
Berjalannya waktu tidak memberikan perubahan berarti bagi Gloria, ia berteriak dalam kemarahannya, "Mengapa aku harus mengalami penderitaan ini? Mengapa aku harus lahir cacat? Mengapa aku harus menderita sepanjang hidupku? Lebih baik aku mati......aku tidak kuat menghadapi hari esok......." Hening dan tidak ada jawaban......tidak juga pertolongann baginya.
Dalam keputusasaan Gloria berseru kepada Tuhan, ia tidak tahu Tuhan mana yang ia minta pertolongan karena ke gereja merupakan hal asing baginya. Tapi Tuhan memiliki rencana lain dalam hidup Gloria, ditengah ibadah Allah menjamah hatinya yang memberikan kedamaian dalam hati. Bulan Maret 1986, Gloria menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat pribadi dalam hidupnya dan menerima baptisan pada bulan Agustus. "Saya memperoleh kasih baru karena sebelum menerima Yesus, saya selalu menangis dan merasa tidak ada seorangpun yang mengasihi dan menerima saya apa adanya. Tetapi setelah saya menerima Dia, saya percaya bahwa Yesus telah memiliki rencana terbaik dalam hidup saya, saya merasakan hidup yang penuh dengan cinta dan harapan kepada Tuhan."
Waktu telah berjalan dua tahun sejak pertobatannya, selain mama yang sangat menentang keputusan Gloria untuk menjadi Kristen juga kenyataan pahit yang harus dihadapinya. Kenyataan tentang diri dan kecacatan yang dialaminya, yang diceritakan oleh tantenya. Entah dorongan apa, tantenya bercerita mengapa kecacatan itu dialaminya.
"Gloria, apa yang diceritakan mamamu itu hanyalah suatu kepercayaan dan cerita untuk tidak menyakiti hatimu saja ini penyebab kecacatanmu sebenarnya. Mama menyadari bahwa dirinya telah mengandung 3 bulan dan akan melahirkan anak yang ketujuh. Mama kebingungan dan tidak meyangka hal itu, Ia berpikir akan diberi makan apa dan bagaimana pendidikannya nanti, sedangkan untuk menghidupi enam anak saja sudah sangat sulit. Perasaannya kacau pada waktu itu dan tidak tahu dari mana akan didapat seluruh biaya untuk melahirkan dan merawat bayinya.
Dalam segala kebingungannya, mamamu memutuskan menggugurkan kandungannya. Segala usaha dicobanya untuk menggugurkan bayi itu, mulai dari minum jamu, obat-obatan sampai dengan pijit. Semua yang dilakukannya tersebut tidak menyebabkan bayi itu gugur, lalu mama punya pikiran seandainya bayi itu lahir akan diserahkan kepada orang lain. Dan tiba waktunya bayi itu lahir, dan ternyata bayi itu mengalami kecacatan di kedua tangan dan kakinya. Hati mama hancur melihat keadaan bayinya dan memutuskan untuk memelihara sendiri bayinya dan membatalkan persetujuan untuk memberikan bayinya kepada orang lain."
Gloria merasakan seolah-olah dunia runtuh dengan segala isinya. Tangis, kemarahan, kesedihan, keputusasaan semuanya bercampur jadi satu. Gloria menyadari dari mana rasa kebencian dirinya pada mama berasal, kebencian yang amat dalam. "Mama tidak pernah membedakan semua anaknya, semua diperlakukan sama. Tapi saya tidak tahu mengapa, selalu memberontak dan menentang mama. Apa yang saya minta dari mama dan tidak dituruti akan menyebabkan saya sangat marah. Hubungan saya dan mama tidak selayaknya hubungan anak dan mamanya." Hal itu berlangsung sampai siang itu ketika tantenya bercerita yang menyebabkan semakin dalamnya kebencian Gloria terhadap mamanya.
Gloria dihadapkan pada kenyataan bahwa ia harus mengampuni mamanya atas perbuatan terhadap dirinya. Gloria terus bergumul, sampai suatu saat ia mengikuti retreat didengarnya Firman Allah dengan jelas seolah-olah Allah sedang berbicara sendiri, "Aku sudah mengenal engkau sebelum engkau dibentuk dalam kandungan ibumu. Engkau sangat berharga di mataKU dan mulia, Aku mengasihi engkau." Saat itu perlahan Gloria menerima kesembuhan atas luka batinnya dan berusaha terus untuk mengampuni mamanya.
Tuhan terus memproses hidup Gloria, setelah mengalami penyembuhan luka batin Gloria mulai mendapat tawaran untuk mengajar kursus bahasa Inggris usia playgroup sebagai guru bantu dengan gaji yang sangat rendah dan banyak halangan yang disebabkan karena keadaan fisiknya. Tapi dia yakin Tuhan pasti memiliki rencanan yang indah bagi hidupnya, sampai akhirnya Gloria diangkat sebagai guru baru. Gloria mendapat kesempatan mengajar satu kelas, dia selalu mengajarkan tentang Tuhan Yesus kepada murid-murid 5 menit sebelum pelajaran berakhir. Sampai akhirnya kepala sekolah memberikan kesempatan untuk membuka kelas sekolah minggu di tempat kursus itu.
Selain itu Gloria mulai membuka usaha membuat roti kering, yang berkembang sangat pesat. Dia juga memberikan dirinya untuk melayani Tuhan dengan menyanyi bagi Tuhan. Ternyata Tuhan tidak berhenti memproses hidup Gloria, dia terus berdoa supaya mama mengalami perjumpaan dengan Tuhan. Dan Tuhan mendengar doanya sehingga mama mengalami perjumpaan dengan Tuhan dan menerima Tuhan sebagai juruselamat pribadi dalam hidupnya. Gloria bersuka cita dan bahagia melihat bagaimana Tuhan bekerja dengan sangat baik dalam hidupnya dan mamanya.
Tuhan bekerja dengan mendatangkan kebaikan bagi orang yang percaya padaNya, dan hubungan Gloria dengan mama mulai membaik dan menjadi sangat indah. Beberapa tahun kemudian mama dipanggil Tuhan, Gloria merasakan kehilangan mama tetapi kini Gloria dapat hidup dalam kenangan yang sangat manis bersama dengan mamanya. Goria menyadari bahwa segala sesuatu yang dialaminya adalah maksud Tuhan untuk menyatakan kemuliaanNya melalui dirinya. Gloria mengalami keselamatan, pemulihan dan berkat dari semua yang dialaminya. Kini Gloria dapat menjadi gambaran nyata bagi banyak orang untuk tidak lagi melakukan kesalahan yang sama seperti mamanya.