"Saat kalian menangkap para kafir itu, pukuli mereka! Allah akan senang," Zahid memberi mereka semangat. Kerumunan yang terdiri dari pria-pria muda, kaum muda dari rumah ibadahnya, mengayunkan tongkat dan pipa besi dan bersorak dalam kesepakatan. Ia merasa dalam keadaan baik-baik saja sebagai seorang petinggi agama yang masih muda. Dan ia merasa orang tuanya akan bangga. Dalam beberapa menit, ia dan teman-temannya menyisiri jalan-jalan desa dan mencari orang-orang Kristen untuk dijebak.
Zahid memiliki garis keturunan yang membanggakan di Pakistan. Ayah dan abangnya merupakan petinggi agama dan Zahid telah mengikuti jejak mereka. Setelah ditugaskan di rumah ibadahnya untuk pertama kalinya, kebencian Zahid terhadap orang Kristen mulai tampak dan ia mulai mengumpulkan para pengikutnya untuk menentang mereka.
Pemerintahannya makin lama makin terpengaruh oleh salah satu hukum agama yang menuntut kematian bagi siapa pun yang didapati bersalah karena penghujatan atas nabi dan kitab suci mereka. Saat kegilaan mereka memuncak, Zahid memimpin kelompoknya ke jalan-jalan, dan tidak diperlukan waktu yang lama sampai mereka menemukan sekelompok orang Kristen muda untuk diserang, pada saat dikejar salah satu dari antara mereka menjatuhkan Alkitabnya.
Seorang anggota kelompok Zahid memungut Alkitabnya dan membukanya untuk merobek-robek halamannya. Zahid senantiasa memberitahu para pengikutnya untuk membakar semua Alkitab yang telah mereka kumpulkan. Tetapi kali ini Zahid merasakan keinginan yang aneh untuk menyimpan dan mempelajarinya serta mencari kesalahan-kesalahan yang ada di dalamnya.
Zahid melaporkan dalam kata-katanya sendiri apa yang terjadi karena menyimpan Alkitab itu: "Aku sedang membaca Alkitab, mencari kontradiksi - kontradiksi yang dapat kugunakan melawan iman Kristen. Tiba-tiba, sinar yang terang benderang muncul di kamarku dan aku mendengar sebuah suara memanggil namaku. Cahaya itu demikian terang, ia menerangi seluruh kamar. Suara itu bertanya, `Zahid, mengapa engkau menganiaya Aku?` Aku ketakutan. Aku tak tahu apa yang baru dilakukan. Kupikir aku sedang bermimpi. Aku bertanya, `Siapakah engkau?` Aku mendengar, `Akulah Jalan, Kebenaran, dan Hidup.` Selama tiga hari berikutnya cahaya dan suara itu kembali. Akhirnya, pada malam keempat, aku berlutut dan menerima YESUS sebagai Juru Selamatku."
Kebencian Zahid tiba-tiba lenyap. Ia ingin membagikan Yesus kepada siapa pun yang ia kenal. Ia pergi kepada anggota-anggota keluarganya dan mereka yang berada di rumah ibadah dan memberitahukan apa yang telah terjadi kepadanya selama empat malam terakhir kepada mereka. Keluarga dan teman-temannya berbalik menentangnya, ia ditangkap oleh yang berwajib. Berdasarkan ajaran agamanya terdahulu, Zahid kini dianggap sebagai orang yang murtad, seorang pengkhianat bagi agama, dan dianggap seorang penjahat.
Zahid ditempatkan di dalam penjara selama dua tahun, dia disiksa berulang-ulang. Satu waktu, mereka mencabut kuku-kukunya dalam upaya mematahkan imannya; mereka mengikat rambutnya pada kipas angin di langit-langit dan membiarkannya tergantung di sana. "Walaupun aku menderita amat hebat dalam tangan penangkap-penangkapku, aku tidak menyimpan kepahitan terhadap mereka. Aku juga pernah membenci orang-orang Kristen. Menurut hukum agamaku dulu, aku harus dieksekusi dengan cara digantung."
"Mereka berusaha memaksaku untuk menarik kembali imanku dari Yesus. Tetapi aku tidak dapat menyangkal Yesus. Nabi agamaku dulu tidak pernah mengunjungiku; Yesus pernah dan aku tahu bahwa Dia adalah kebenaran. Aku hanya berdoa bagi para penjaga, berharap bahwa mereka juga akan mengenal Yesus."
Pada hari Zahid akan digantung, ia tidak takut akan kematian saat mereka datang untuk membawanya dari sel. Bahkan saat mereka menempatkan jeratan di sekeliling lehernya, Zahid berkhotbah mengenai Yesus kepada para penjaga dan pengeksekusinya. Ia ingin agar nafas-nafas terakhirnya di bumi dipergunakan untuk memberitakan kepada rekan-rekan bahwa Yesus adalah "jalan, kebenaran, dan hidup". Zahid berdiri dengan siap untuk menghadap Juruselamatnya.
Tiba-tiba, suara-suara keras terdengar di ruangan luar. Para penjaga bergegas memberitahu bahwa persidangan telah mengeluarkan perintah untuk membebaskan Zahid, menyatakan bahwa tidak terdapat cukup bukti untuk mengeksekusinya. Hingga hari ini, tak seorang pun tahu mengapa Zahid tiba-tiba diizinkan untuk pergi dengan bebas.
Zahid mengganti namanya menjadi Lazarus, merasa bahwa ia pun telah dibangkitkan dari kematian. Ia berkelana ke desa-desa di sekitar rumahnya menyaksikan kelepasannya yang ajaib dari kematian. Mereka melihat kesungguhan Zahid dan menerimanya ke dalam keluarga besar Kristen.