Kisah ini, seperti yang diceritakan pada kami, terjadi ketika saya masih kecil, suatu kisah yang dialami ibu saya dalam penderitaannya yang sangat berat. Saat itu keluarga kami baru saja mengenal Yesus.
Hana, adik saya saat itu masih berumur kira-kira empat tahun ketika ia menderita batuk rejan. Penyakit itu sedemikian parahnya, hingga tubuhnya kurus kering. Obat yang harus ditelannya setiap hari sangat banyak tanpa membawa hasil apa-apa. Kami masih mempunyai seorang adik laki-laki lagi (adik bungsu ) yang saat itu baru kira-kira dua tahun, jadi bagi ibu saya cukup berat juga menjaga anak yang sakit dan bayi yang masih kecil.
Pada suatu pagi buta, (kira-kira jam 4 pagi) ibu saya terbangun. Sayup-sayup ia mendengar sebuah doa. Ketika ia menoleh, ia melihat Hana sedang melipat tangannya yang kurus kering itu dan berdoa: “Bapa kami yang di dalam Surga, dikuduskan namaMu... Datanglah kerajaanMu, jadilah kehendakMu di bumi seperti di Surga…” Doa itu diajarkan oleh guru sekolah minggu kami pada kami. Hati ibuku semakin trenyuh mendengar doa ini. Entah berapa lama ia mendengar adik saya menaikkan doa ini, tiba-tiba saja ia merasa bangkit kari tempat tidurnya. Saat itu ia merasa dalam keadaan tidak berpakaian lengkap. Dalam suasana remang-remang di kamarnya itu ia meraih sehelai kain yang dilihatnya untuk menutupi tubuhnya.
Ia terkejut. Di halaman luar tampak seberkas cahaya yang menyorot ke bumi. Ia lalu berjalan keluar untuk mengetahui dari mana datangnya cahaya tersebut. Ketika ia tiba di halaman luar, ia menengadah dan melihat sumber terang itu. Di atas langit ia tampak Yesus dengan tangan yang terbuka. Sinar mataNya penuh dengan kasih dan belas kasihan.
“Tuhan, aku mau ikut Tuhan… aku ikut”,… Kata ibuku tanpa berpikir panjang. Tak lama kemudian ia merasa sinar itu telah mengangkatnya naik. Tubuhnya terasa begitu ringan. Ia merasakan suatu kebahagiaan dan sukacita yang begitu besar, yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Ia naik terus ke atas menuju tempat Yesus berada.
Namun sejenak ia teringat akan anaknya yang sakit parah dan bayi laki-lakinya… Ia tahu kalau ia naik terus, ia tak akan kembali lagi. Naluri keibuannya timbul dan memikirkan seandainya ia tidak kembali lagi, siapa yang akan merawat anak-anaknya yang masih kecil dan membutuhkan perawatan itu. Ia kemudian meronta dan memohon pada Tuhan: “Ampuni saya ya Tuhan… ampuni saya…” Sesaat kemudian ia merasa terjatuh dan terbangun. Ia mendengar lonceng berdentang 5 kali. Ia menangis dan menangis…
Seluruh keluarga terbangun mendengar ibu saya menangis tersedu-sedu. “Aku ketemu Tuhan… aku ketemu Tuhan…” katanya di antara isaknya.
Keajaiban terjadi setelah peristiwa itu. Batuk Hana berhenti. Ketika ia dibawa kembali ke dokter, ternyata penyakitnya dinyatakan telah sembuh dan semua obat tak perlu diminum lagi kecuali beberapa tetes vitamin setiap harinya.
Kesaksian oleh : (VS)