Minggu, 24 Februari 2008

Tuhan Satukan Kembali Keluargaku (Eka dan John)

Ika: Hubungan kami saat pacaran itu backstreet, jadi orang tua memang tidak setuju. Karena orang tua semakin tidak setuju, kami memberontak. Kami melakukan hubungan seks di luar nikah, dengan maksud supaya kami dinikahkan. Akhirnya dengan terpaksa orang tua menyetujui hubungan kami dan kamipun menikah.

John: Saya dulu suka nge-break, saya hobi nge-break di radio 2 meteran, dan saya punya banyak teman juga di sana, tapi ada satu wanita yang menjadi teman saya. Mulanya kami cuma berteman, tapi kemudian berlanjut di luar frekuensi radio, dan semakin jauh kami akhirnya sampai berhubungan layaknya suami istri. Dari situ akhirnya kami membuat keputusan bahwa saya harus tinggal dengan dia.

Waktu saya keluar dari rumah saya merasa sepertinya saya menang, saya sudah bisa melakukan sesuatu yang membuat keluarga mereka menjadi sakit hati, karena memang itu tujuan saya. Itu terjadi karena sebenarnya ada sesuatu yang saya pendam dalam hati saya, saya merasa semua keputusan yang menyangkut anak saya, orang tua Eka terlalu dominan di dalamnya. Pada waktu saya berselingkuh selama 7 tahun dengan wanita itu, saya mempunyai 2 anak dari hasil hubungan kami.

Eka: Sampai kadang-kadang saya berdoa seperti ini, “Tuhan, kalau memang hanya maut yang bisa memisahkan, jangan saya Tuhan, karena anak-anak saya masih kecil.” Jadi saya menginginkan kematian suami saya karena saya merasa dikhianati dan merasa disakiti.

John: Setelah saya memilih untuk tinggal bersama dengan wanita selingkuhan saya ini, saya pikir bersama-sama dia saya memulai sesuatu yang baru. Dan dengan sendirinya saya kan berharap sesuatu yang baru itu pasti lebih baik. Ternyata setelah dijalani tidak seperti itu. Saya minum setiap hari, bertemu dengan teman-teman yang pakai narkoba, saya ditawari dan akhirnya juga ikut pakai narkoba.

Saat keadaan saya sedang begitu terpuruk, ada satu kebaktian yang saya ikuti. Di situ hamba Tuhan itu sampaikan, “Dalam situasi seperti sekarang ini, apapun yang sekarang ini sedang mengikat engkau, apakah kamu sedang terikat denga narkoba, engkau sedang hidup dalam perjudian, engkau sedang hidup dengan percabulan, engkau sedang hidup dengan perselingkuhan, engkau yang hidup dengan itu semua... Itu semua adalah sia-sia, karena Yesus sudah mati untuk semua itu.” Saya bilang, “Tuhan, saya minta ampun... Saya telah salah jalan, saya sudah melangkah begitu jauh dari Tuhan. Saat itu, nomer satu yang saya ingat bukan keluarga saya, tapi saya ingat hubungan saya dengan Tuhan sangat jauh.

Selama 7 tahun John dan Eka berpisah, mereka tinggal di kota yang berbeda. Hingga pada satu kesempatan, Eka diajak adiknya untuk ikut dalam satu kebaktian. Di kebaktian itulah Eka mengalami pertobatan dan mengambil keputusan untuk mengampuni John dan mendoakan pertobatannya.

Eka: Pada saat saya bertobat, saya dibukakan, bahwa ternyata saya itu suka mengambil keputusan di luar persetujuan suami saya. Jadi kalau mama saya meminta anak-anak saya untuk pergi berlibur misalnya, saya langsung mengiyakan begitu saja, tanpa saya minta persetujuan dari suami saya. Dan ternyata suami saya merasa sakit hati karena tidak dihargai dan saya tidak tahu.

Suatu ketika, Eka dan anak-anaknya pergi menghadiri sebuah pesta pernikahan di Ambon. Tanpa disengaja, di kota inilah Eka bertemu dengan suaminya.

John: Waktu saya sedang jalan-jalan di pasar, tiba-tiba ada mobil yang mendekati saya. Saya kaget, karena waktu itu saya berjalan di trotoar, dan mobil ini berhenti. Waktu saya lihat mobil ini kacanya gelap, dan saat kacanya diturunkan, saya melihat anak saya yang langsung memanggil nama saya, “Daddy... Daddy kemana aja sih? Kita udah datang ke sini cari-cari daddy, ga pernah ketemu. Pada saat itu, semua kebencian saya yang sudah tertumpuk sekian lama, hingga saya berusaha membalas itu kepada istri saya dan keluarganya... Pada saat itu sepertinya semua itu hilang begitu saja. Sejak pertemuan yang tak terduga itu John mengambil keputusan untuk kembali kepada Eka dan mengakhiri 7 tahun perselingkuhannya.

John: Saya memberitahu wanita ini baik-baik, saya bilang bahwa saya harus kembali kepada istri saya dan anak-anak saya. Lalu dia bilang “Kalau kamu mau kembali pada istri dan anak-anakmu, saya ijinkan...”

Setelah John kembali kepada istri dan anak-anaknya, mereka memutuskan untuk meninggalkan Ambon untuk kemudian menetap di Bali. Di pulau Bali inilah mereka menjadi keluarga yang sepenuhnya mengandalkan Tuhan.

John: Dari sini saya lihat betapa luar biasanya Tuhan... Menurut saya waktu itu saya sudah tidak mungkin lagi bertemu dengan istri dan anak-anak saya. Tapi ternyata Tuhan buat berbeda... Dan apa yang saya pikirkan menurut saya sendiri waktu itu ternyata Tuhan ubah semuanya, dan Tuhan menggambarkan itu buat saya bahwa tidak ada yang mustahil bagi Dia..."Sesungguhnya, Akulah TUHAN, Allah segala makhluk; adakah sesuatu apapun yang mustahil untuk-Ku?” (Yer 32:27)