Kamis, 11 April 2013

Wanita Muslim Menemukan Jalan Keselamatan



Assalamualaikum.

Nama saya Siti Zainab. Saya seorang wanita Melayu Muslim dari rantau Asia Tenggara. Saya dilahirkan dalam keluarga Muslim yang cukup tradisional dan kuat berpegangan pada agama Islam. Sejak semula saya telah di-didik dengan keagamaan Islam yang mendalam lagi mantap.

Pada tingkat sekolah dasar, saya juga di-didik di sekolah madrasah dan bermuqaddam, mengaji dan telah belajar tentang rukun-rukun Islam serta al-Quran dengan ustazah-ustazah dan guru-guru agama Islam yang lain. Disana saya diajar untuk patuh kepada Allah s.w.t. serta tunduk kepada Dia dan meneladani Nabi Muhammad dan sunnahnya sebagaimana yang terdapat di dalam Hadis. Saya mengaji dengan sempurna dan kedua ibu-bapa saya sangat puas hati dengan pembentukan keislaman saya. Pendek kata, saya telah mengalami pertumbuhan yang cukup mantap sebagai seorang muslimah Islam.

Saya tidak pernah tinggalkan ibadat solat lima kali sehari saya, dan saya juga berpuasa secukup cukupnya setiap bulan Ramadhan. Saya juga menegakkan rukun-rukun Islam itu tanpa diminta atau disuruh oleh siapapun, terutamanya orang-orang tua saya. Pendek kata, pengalaman saya sebagai seorang Muslimah yang saleh tidak pernah dipertikaikan oleh sesiapapun.

Walaupun saya telah mengerjakan rukun-rukun Islam saya dengan rajin, tekun dan taat-setia. Setelah bertahun-tahun menunaikan kewajiban Islam saya tidak pernah mempersoalkan pentingnya atau keistimewaan ibadat Islam saya itu. Tetapi, lama kelamaan, kegiatan-kegiatan tersebut hanya menjadi ritual dan keharusan yang semakin kehilangan makna dan kekhusyukannya bagi saya. Apakah semua ini merupakan rutinitas sebagai tanda hubungan seorang hamba dengan Tuannya saja? Dilakukan yang hanya untuk mendapatkan pahala semata-mata!

Saya bertanya demikian di dalam hati saya sendiri, dan tidak mengemukakannya secara terbuka karena tidak ingin menyinggung perasaan sahabat-sahabat Islam saya dan saya juga ingat telah dilarang dengan keras oleh guru-guru agama saya sewaktu saya menanyakan permasalahan serta kesulitan saya seperti itu kepada mereka.

Tetapi, masalah itu masih tetap berada di dalam jiwa dan fikiran saya, lebih-lebih lagi ketika usia saya bertambah, terutamanya ketika saya belajar di Sekolah Tinggi! Saat saya semakin matang dalam kedewasaan, saya dapati bahwa ibadat-ibadat Islam itu menjadi semakin cetek, dangkal dan kosong saja dalam arti kata hassanah dan anugerah Tuhan yang sebenarnya. Saya mencoba memfokuskan perhatian saya kepada yang indah dan murni setiap kali usai mengerjakan ibadah itu, tetapi tidak dapat menghilangkan kesadaran akan kedangkalan dan kekosongan didalam menjalankan semua ibadat Islam itu! Inikah cara yang terbaik bagi Manusia menjalinkan hubungannya dengan Tuhan ?

Setelah menyelesaikan Sekolah Tinggi, saya berhasil masuk Institusi Pengajian Tinggi (IPT) dalam jurusan pilihan saya. Di situ saya telah memperbanyak bahan pembacaan saya, karena masih mencari jawaban akan kekosongan seperti yang saya sebutkan di atas. Saya mulai tertarik pada sebuah buku yang berjudul “Appointment in Jerusalem atau diterjemahkan “Pertemuan di Yerusalem”. Buku ini hasil karya seorang wanita bangsa Danish. Buku ini menceritakan tentang pencarian wanita ini untuk makna dan kepuasan rohani dalam keagamaannya. Saya tertarik dengan isinya, karena sangat mirip dengan pergumulan rohani saya sendiri!

Saya agak terkejut ketika mendapati bahwa wanita Danish ini memperoleh keinsafan dan kesedaran rohaninya melalui hubungan secara langsung dengan Tuhan. Yaitu manusia boleh berhubungan dengan Tuhan bukan hanya melalui peraturan-peraturan keharusan ibadah mereka, tetapi manusia sudah boleh mengalami satu hubungan peribadi dan secara langsung dengan Pencipta, ‘mereka sebagai anak-anak dengan Tuhan sebagai Bapa mereka!‘ Hubungan ini adalah suatu hubungan peribadi serta dinamik, yaitu manusia sekarang boleh mengenali Tuhan secara peribadi dalam pengertian Ayahanda dan anakanda.

Mungkin pertalian rohaniah inilah yang saya cari-cari selama ini? Di dalam Kelas IPT saya ada beberapa orang Kristen yang peramah lagi budiman. Tetapi saya tidak terlalu bergaul dekat dengan mereka dan hanya memperhatikan mereka dari jarak jauh. Saya ingin perhatikan jika iman mereka mirip dengan pengalaman saya sendiri dalam keislaman saya atau juga pengalaman rohani merekapun dangkal seperti diceritakan di atas! Walau orang-orang Kristen ini kelihatan kuat imannya, tetapi mereka tidak ‘menginjilkan’ saya dengan agama Kristen.

 Setelah beberapa bulan berlalu, barulah saya mulai menanyakan mereka tentang pengalaman keagamaan dan rohani mereka. Mereka sangat heran bahwa saya, seorang Islam, ingin berbicara tentang keagamaan dengan mereka, umat Kristen! Tapi saya sangat menghormati mereka karena tidak mencoba ‘menjual’ agama mereka kepada saya. Sebaliknya kami bersama-sama dapat bercerita tentang pengalaman rohani dan keagamaan kami sebagai orang dewasa yang matang.

Dari berinteraksi dengan pelajar-pelajar sekelas saya inilah, saya telah peroleh fahaman lebih dalam tentang ajaran Kristen dan apa yang diceritakan di dalam buku “Appointment in Jerusalem itu. Akan tetapi, selama dua tahun dalam kelas IPT itu saya tidak berbuat apa-apa. Saya masih ingin mencari dalam agama Islam saya tentang hubungan yang sejati di antara Tuhan dan manusia, dan membandingkannya dengan ajaran-ajaran Injil. Dan selama dua tahun itu teman-teman Kristen yang sekelas dengan saya sangat sabar atas pertanyaan serta permasalahan-permasalahan saya, terkadang ada pemasalahan yang dangkal dan ada juga yang sulit! Tetapi sayapun sangat tertarik dengan kesopanan, keramahan serta keikhlasan mereka ini.

Sesudah dua tahun telah berlalu, bersama-sama dengan pencarian saya itu, saya akhirnya membuat keputusan untuk memeluk ajaran Injil sesungguhnya yang diwartakan oleh Al-Masih Isa itu. Sejak itu, ibadat sembahyang, puasa serta amal-amal salih saya yang lain telah diperkayakan dan dianugerahi hassanah dan kurnia ilahi berlipat ganda yang tak terbanding nikmatnya! Barulah saya sadar bahawa manusia tidak hanya seperti ‘robot’ dan memiliki perhubungan dengan Tuhan hanya sebagai khadam-Nya atau sekadar hamba-Nya sahaja!

Sebaliknya, di dalam ajaran Kitab Suci Injil semua insan yang menerima Jalan dan Hakikat Allah yang benar akan memiliki hubungan yang baru dan dinamik dengan-Nya, yakni bergelar sebagai anak-anak Allah; seperti yang tercatat dalam Nas Alkitab :
‘Tetapi kepada orang yang menerima-Nya diberi-Nya hak untuk menjadi anak-anak Allah, yaitu kepada mereka yang percaya kepada nama-Nya.
Kelahiran mereka bukan dari darah, bukan dari keinginan daging, dan bukan dari keinginan seorang lelaki, melainkan dari Allah.’ Yohanes (Yahya) 1 : 12-13

Setelah menerima anugerah dari Tuhan sebagai anak-Nya, kehidupan saya mulai berubah dan keluarga saya mulai memperhatikan saya. Akhirnya, mereka mengetahui bahwa saya telah bertobat dan memeluk ajaran Isa al-Masih yang terdapat di dalam Al-Kitab/Bible itu. Pada saat itu, mereka tidak dapat menerima saya sebagai seorang pengikut Isa al-Masih. Dan saya terpaksa mengharungi banyak rintangan-rintangan yang cukup rumit dan sulit dalam keluarga saya.

Walaupun begitu, Tuhan Allah telah mempersiapkan saya dengan semangat kesabaran yang tepat, terutama untuk menghadapi pahit-manis reaksi awal keluarga saya, diawal saya menerima Isa sebagai Penebus, Firman dan Kalimat Allah yang hidup itu (Yohanes 1:1-5, Surah 3/45, surah 4/171) ke dalam kehidupan saya peribadi. Saya rasa mereka hanya tidak memahami saja apa yang sebenarnya saya lakukan itu. Sekarang, puji Tuhan, keadaannya sudah berubah bertambah baik dan pulih kembali. 

Yang paling penting, sekarang saya sudah menyadari akan hubungan saya dengan Tuhan Allah yang penuh dengan keberkeyakinan, tidak sama seperti dahulu di mana tidak ada keyakinan yang dapat saya rasakan dengan ibadah dan amal-amal saleh saya sebagai seorang Muslimah walaupun yang cukup beriman. Saya tidak pernah pasti jika sebagai hamba Allah, segala ibadah soleh saya telah memberikan kepuasan kepada Allah sebagai Tuhan saya.

Tetapi sekarang sebagai anak-Nya, saya sudah mempunyai keyakinan dan kepastian yang kekal abadi diatas korban yang sudah di sempurnakan oleh pemberian kiffarat Si-Penebus Yesus (Isa) itu. Demi itulah, sekarang Rohul-Kudus Allah sendiri yang menghasilkan dan melimpahkan segala sesuatu anugerah dan berkat rohani-Nya melalui kehidupan saya sebagai anak-Nya dan hamba-Nya yang setia. Saya mengundang dan menjemput saudara untuk mengalami pelepasan dan nikmat-nikmat rohani dari sisi Allah yang tidak terbanding ini bagi diri anda sendiri. Saya sendiri tidak pernah menyesal atas keputusan saya untuk mengikuti Isa al-Masih pada hari ini dan hari esok!