Sabtu, 02 Agustus 2014

Dibebaskan Tuhan Yesus dari Perjanjian Darah dengan Iblis

Siksaan dan kekejaman sudah menjadi bagian dari kesehariannya sejak Tarunadjaya Lawoto masih kecil. Sang ayah yang seringkali tak berbelaskasihan menghajarnya telah menorehkan luka hati yang tak mudah disembuhkan.



"Saya sudah merasakan pukulan rotan, dan kepala sabuk atau ikat pinggang, bahkan saya juga pernah mengalami dicelupin papa di dalam drum yang diisi air, dan itu sangat-sangat membekas di hati saya. Saya bertanya-tanya "Mengapa papa saya sangat jahat?" Saya berusaha agar bisa cepat menyelesaikan sekolah dengan harapan dapat meneruskan kuliah di tempat lain dan saya bisa bebas."

Akhirnya hari yang dinanti-nantikan oleh Taruna pun tiba, ia melanjutkan kuliah di kota lain. Dan seperti burung yang lepas dari sangkar, Taruna menjadi tidak terkendali menikmati kebebasannya. Ia bahkan bergabung dengan sebuah kelompok gank yang selalu membuat keonaran. Hingga suatu hari, sebuah kelompok gank yang terkenal dengan kebrutalannya mulai mengancam kelompok Taruna.

"Gank tersebut mulai melakukan tindakan-tindakan yang di luar dugaan. Banyak anak-anak yang perantau dipalak, dan yang kedua mereka mulai main benda tajam. Hal itu menyebabkan saya merasa sangat takut sekali. Saya berpikir, saya harus mencari sesuatu yang dapat membuat saya menjadi kuat sehingga saya bisa menjaga diri."

Tindakan brutal dari gank lain tersebut membuat Taruna dan teman-temannya benar-benar mati kutu. Ketakutan bercampur dendam dan amarah kian berkecamuk dalam batin Taruna. Dan demi harga diri dan keselamatan jiwanya, Taruna dan teman-temannya memutuskan pergi ke pedalaman untuk berburu ilmu hitam.
"Saya tidak memikirkan lagi apakah itu okultisme, atau apakah itu ilmu hitam, bagi saya, pokoknya saya ingin kuat. Saat itu saya disuruh melakukan sesuatu layaknya seekor binatang. Saya berada kira-kira berada 100 meter dari tempat dimana guru saya berada sambil menggigit suatu benda. 

Lalu seluruh tubuh saya dirajah dengan darah ayam, dan saya menuju tempat itu dengan merangkak. Saya tidak pikir panjang saat itu. Karena dalam hati saya, isinya hanya dendam dan ketakutan. Saya menjalani semua ritual yang ada, dan menganggap bahwa semua itu adalah sesuatu yang benar. 

Karena saya dengar sejak dari kecil, sepertinya okultisme itu tidak berbahaya. Saat itu seluruh tubuh saya dibacok dengan golok, dan ternyata saya sudah kebal. Jadi setelah saya punya ilmu kebal itu, saya tidak takut sama orang, saya merasa hebat dan itulah yang mengakibatkan saya sambong."
Ilmu hitam telah menyatu dengan raga Taruna, kesombonganpun mulai merajai jiwanya. 

"Salah satu kejadian adalah sewaktu saya di clurit. Harusnya sudah pasti sobek di dekat leher saya, tapi hal itu tidak terjadi."
Saat Taruna sudah mulai berumah tangga dan memiliki seorang istri, sesuatu terjadi dalam hidupnya. 

"Saya punya niat ingin hidup baik. Dan okultisme yang pernah saya miliki, sudah saya tidak anggap ada lagi. Ritual yang dulu rutin saya lakukan sudah tidak saya jalankan lagi. Saya di bacok mempan, terluka juga. Kena beling, luka juga. Bahkan kena pisau, saya tetap luka. Tetapi akibatnya dan efek yang ditimbulkan dalam hidup saya ternyata besar. 

Sewaktu saya mencari ilmu itu, ada perjanjian yang saya buat, saya setuju untuk mengikuti aturan main kuasa kegelapan. Dan itu sebenarnya harga yang harus saya bayar. Tetapi bukan karena ditengah perjalanan saya tidak mau pakai ilmu itu lagi, lantas perjanjian yang dulu saya buat batal begitu saja."

Akibat perjanjiannya dengan kuasa gelap, kehidupan keluarganya mulai diganggu oleh hal-hal yang bersifat supranatural. Dalam mimpi, istrinya melihat ada roh-roh jahat yang mendatangi Taruna. Namun Taruna masih menyimpan rapat-rapat rahasia tentang keterlibatannya dengan kuasa gelap di masa lalu. 

Hingga suatu hari, anak pertama Taruna lahir kedunia ini. Namun, hari-hari penuh kebahagiaan itu diisi oleh tangisan sang buah hati yang tidak bisa dibuat tenang.
"Setelah saya pikir-pikir, saya ingat kalau saya masih pegang jimat saat itu. Lalu saya langsung barang-barang itu. Dan ketika saya membuang barang-barang itu, saya anggap semua sudah hilang dan saya tidak lagi terikat dengan kuasa gelap. Dan begitu saya buang, ternyata anak saya tidak menangis lagi."

Dalam sebuah kunjungan ke rumah seorang hamba Tuhan bersama istrinya, Tarunadjaya di tegor hamba Tuhan tersebut.

"Saya kaget begitu hamba Tuhan itu bicara pada saya, ‘Ta, kamu datang tidak sendiri. Saya jawab, ‘Saya sendiri, saya datang bersama istri saya.` Saya masih sombong saat itu. Hamba Tuhan itu berkata dengan tegas, ‘Tidak, saya melihat banyak kepala di belakang kamu.` Ternyata okultisme saya yang dulu, itu masih ada pada saya. Saya tahu apa yang dimaksudkan oleh hamba Tuhan tersebut, tapi saya berpura-pura tidak tahu."

Saat sang istri tahu bahwa Taruna pernah terlibat ilmu hitam, ia pun mengundang seorang teman untuk menolong Taruna agar lepas dari ikatan ilmu hitam tersebut. Namun ketika Taruna bertemu dengan orang tersebut, ia menunjukkan sikap tidak bersahabat. 

"sewaktu saya didoakan, saya muntah. Saya merasa ada sesuatu yang lepas. Tapi hal itu tidak membuat sesuatu perubahan yang banyak bagi saya. Meskipun saya merasakan ada kasih, tapi saya tidak tahu kasih apa yang melanda hidup saya ini."

Mengetahui suaminya masih belum lepas sepenuhnya dari ilmu hitam, istri Taruna membawanya ke suatu ibadah. Saat Taruna maju ke depan untuk didoakan, sesuatu yang luar biasa terjadi. 

"Hamba Tuhan itu mendoakan saya, dan saya hanya diam saja. Dalam hati saya berkata, ‘kamu bisa apa sih. Kamu orang tua ngga ada apa-apanya.` Saya doa, saya tunduk dan saya tahan. Beberapa menit dia mendoakan saya, saya pandang dia, saya tunduk lagi dan saya tahan. 

Tetapi saya merasa ada arus panas yang masuk ditubuh saya. Saya bertanya, ‘ada apa?` ternyata saat saya membuka mata saya lihat seluruh panitia sudah mendoakan saya. Saya tahan dan memejamkan mata, saya pengen tahu seperti apa sih ini. Saya merasa badan saya panas. Dan saya melihat banyak kepala bersayap dibelakang panitia yang saat itu sedang memuji Tuhan. Dan saya muntah darah disitu. Saya berguling-guling dan merasakan sakit di ulu hati. 

Saya ingat dulu saya menelan sesuatu berupa botol, dan apakah saat itu dlam alam roh itu keluar atau tidak, tapi yang keluar dari diri saya saat itu adalah darah. Kemudian saya melihat suatu jubah putih, yang berbias sinar keemasan, dan saya melihat sebuah tangan yang terulur dan menyuruh saya naik. Dan saya tahu itu adalah Yesus."

Ternyata apa yang dilakukan oleh Taruna di masa lalunya adalah sebuah perjanjian darah dengan iblis tanpa pernah tahu akibatnya akan berdapak buruk bagi hidupnya. Hari itu, Taruna menyadari bahwa Tuhanlah satu-satunya pribadi yang sanggup menyelamatkannya. 

Menyadari hidupnya telah diselamatkan, Taruna pun mulai mengikuti beberapa kali ibadah dan secara berangsur-angsur ia pun dibebaskan dari ilmu hitam secara total. Kini Taruna bisa menapaki kehidupan yang lebih bahagia bersama keluarganya.

"Tuhan yang menyelamatkan hidup saya, sehingga saya bisa sampai saat ini ada, semua itu karena anugrah dan belas kasihan dari Tuhan," demikian Tarunadjaya mengakhiri kesaksiannya.